Penerapan Praktik Green Supply Chain untuk Efisiensi di Berbagai Industri

Green Supply Chain

Dalam era di mana kesadaran terhadap lingkungan semakin meningkat, perusahaan-perusahaan di berbagai sektor dihadapkan pada tantangan untuk menerapkan praktik keberlanjutan yang efektif. Green Supply Chain menjadi kunci utama dalam mencapai tujuan ini, dengan teknologi dan strategi yang inovatif memainkan peran sentral. Artikel ini mengeksplorasi berbagai aspek penerapan keberlanjutan dalam rantai pasokan, mulai dari riset Universitas Indonesia tentang Green Supply Chain Management (GSCM) untuk UMKM, hingga praktik dan teknologi dalam sektor konstruksi, serta studi kasus perusahaan-perusahaan besar seperti Apple Inc. dan Coca-Cola. Kami juga akan membahas bagaimana teknologi RFID dapat diimplementasikan untuk mendukung keberlanjutan, menawarkan wawasan tentang bagaimana strategi dan inovasi dapat mengurangi dampak lingkungan sambil meningkatkan efisiensi operasional.

Mengintegrasikan Green Supply Chain terhadap UMKM Indonesia

Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk membantu industri UMKM dalam mempertimbangkan faktor lingkungan sebagai bagian dari tanggung jawab globalnya. Ini sejalan dengan ratifikasi Pasal 5 Perjanjian Paris, yang mendorong negara-negara untuk mengurangi emisi berdasarkan prinsip keberlanjutan. Dengan ratifikasi perjanjian ini, pemerintah Indonesia menargetkan pengurangan emisi sebesar 29-41% pada tahun 2030 dari semua sektor industri, termasuk sektor UMKM. Untuk mencapai target ini, pemerintah berencana menerapkan skema pengurangan emisi yang lebih progresif, yang mencakup perdagangan karbon dan pungutan terhadap emisi karbon. Regulasi ini akan mengatur jenis barang dan aktivitas yang dikenakan pajak, tarif pajak yang berlaku, serta perhitungan, pembayaran, dan pelaporan pajak dalam Peraturan Pemerintah yang akan datang.

Sektor-sektor yang berhubungan dengan bahan hijau yang digunakan oleh UMKM, seperti pembangkit listrik berbahan bakar batu bara, produk pertambangan, kertas, plastik, elektronik, dan logam, akan terkena dampak terbesar dari regulasi ini. Mengingat UMKM menyumbang 58 persen dari PDB nasional (Rizvi et al., 2020), sektor ini adalah salah satu yang paling terpengaruh oleh peraturan tersebut. Oleh karena itu, pemilik dan asosiasi UMKM perlu mendorong sektor bisnis untuk mengadopsi manajemen rantai pasok hijau dan menyesuaikan strategi mereka sebagai respons terhadap pajak karbon yang secara langsung memberikan harga pada emisi gas rumah kaca.

Praktik Green Supply Chain Management di Indonesia

Riset yang dilakukan oleh Universitas Indonesia menunjukkan bahwa praktik Green Supply Chain Management (GSCM) memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap kinerja lingkungan dan biaya operasional untuk UMKM di industri makanan dan minuman di Indonesia. Praktik GSCM ini mencakup penggunaan sistem daur ulang, pembelian produk ramah lingkungan, dan kriteria lingkungan dalam pemilihan pemasok. Meskipun tingkat ekosentrisitas dalam rantai pasok cukup rendah, hubungan antara praktik GSCM dan kinerja lingkungan serta biaya operasional tetap positif dan signifikan. Namun, hubungan ini tidak dimoderasi oleh traceability rantai pasok, meskipun dengan tingkat traceability yang tinggi.

Dalam hal ini, UMKM di industri makanan dan minuman di Indonesia merasakan dampak langsung dari penerapan praktik GSCM terhadap kinerja lingkungan perusahaan. Praktik-praktik ini, seperti konsolidasi pengiriman barang dan penerapan sistem penyewaan, membantu mengurangi dampak lingkungan dari proses desain, produksi, dan distribusi. Selain itu, praktik GSCM juga dapat meningkatkan kinerja biaya operasional, dengan mengurangi biaya produksi dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

Praktik Berkelanjutan di Berbagai Sektor Industri

Dalam upaya untuk mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan efisiensi operasional, berbagai industri telah mengadopsi praktik-praktik keberlanjutan yang inovatif. 

Sektor Konstruksi

Di sektor konstruksi, penggunaan material dengan kandungan daur ulang seperti limbah pembongkaran konstruksi dapat mengurangi limbah dan menghemat biaya pengadaan. Teknologi terbaru dalam peralatan konstruksi, seperti mesin hybrid dan komponen prefabrikasi, tidak hanya meningkatkan efisiensi bahan bakar dan mengurangi biaya, tetapi juga meningkatkan keselamatan kerja dengan mengurangi kontak langsung dengan bahan berbahaya. Penggunaan komponen prefabrikasi dapat mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 8,06% dan menghemat biaya sebesar 6%, sekaligus mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan keselamatan pekerja.

Sektor Teknologi

Apple Inc. telah membuat langkah signifikan dalam upaya keberlanjutan sejak mendapat kritik dari berbagai lembaga lingkungan. Perusahaan ini berhasil menghilangkan bahan beracun dari lini produk seperti iPod dan laptop, serta mendesain kemasan yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, kemasan iPod Nano generasi keempat memiliki berat 32% lebih ringan dan volume 54% lebih kecil dibandingkan generasi sebelumnya, sementara penggunaan energi pada iMac berkurang hingga 93% dari generasi pertama hingga yang terbaru. Apple juga menerapkan kode etik lingkungan untuk pemasoknya dan melakukan audit rutin, meskipun laporan kepatuhan 2010 mengungkapkan tiga pelanggaran dalam pengelolaan limbah berbahaya. Data ini menunjukkan kemajuan Apple dalam mengintegrasikan praktik ramah lingkungan ke dalam operasi mereka, meskipun masih ada tantangan yang harus diatasi.

Sektor Makanan dan Minuman

Coca-Cola juga menunjukkan komitmen yang kuat terhadap keberlanjutan melalui berbagai inisiatif yang berbasis data. Sejak 2002, Coca-Cola berhasil mengurangi konsumsi air per liter produk sebesar 21% dan energi per liter produk sebesar 19%. Mereka mendesain ulang kemasan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi limbah, dengan 98% produk mereka dikemas dalam botol yang dapat didaur ulang atau digunakan kembali. Perusahaan ini juga telah mengembangkan enam pabrik daur ulang plastik di AS. Meskipun ada penurunan dalam rasio perputaran inventaris dari 6 pada tahun 2001 menjadi 4,6 pada tahun 2007, yang menunjukkan potensi limbah yang signifikan, Coca-Cola terus berinvestasi dalam teknologi untuk meningkatkan efisiensi. Penurunan Return on Equity (ROE) mereka setelah 2002 disebabkan oleh akuisisi besar yang meningkatkan utang, tetapi upaya mereka dalam keberlanjutan menunjukkan potensi manfaat jangka panjang.

Penggunaan Teknologi dalam Green Supply Chain 

Teknologi dan inovasi memainkan peran kunci dalam mendorong keberlanjutan dan efisiensi dalam berbagai sektor industri. Penggunaan sistem pendingin udara dengan refrigeran berpotensi pemanasan global rendah atau sistem chiller yang didinginkan dengan air dapat mengurangi emisi karbon dan konsumsi energi secara keseluruhan dalam bangunan, serta memberikan manfaat ekonomi dengan mengurangi biaya energi. Sistem pendingin udara pintar yang menggunakan pengontrol suhu otomatis juga telah terbukti mengurangi konsumsi energi hingga 16% sambil meningkatkan kenyamanan pengguna. Selain itu, penggantian sistem pencahayaan konvensional dengan LED dapat mengurangi konsumsi energi hingga 10%, menawarkan efisiensi energi yang lebih baik dan mengurangi biaya operasional.

Implementasi RFID dalam green supply chain memerlukan keterlibatan aktif dari manajemen puncak untuk memastikan keberhasilan. Seperti yang dijelaskan dalam buku Case mengenai “Socially Responsible Purchasing,” eksekutif perusahaan harus bekerja sama dengan manajer rantai pasokan untuk menetapkan aturan interaksi dengan pemasok, mengimplementasikan pernyataan keberlanjutan, dan memutuskan apakah kriteria hijau perlu dimasukkan dalam sertifikasi pemasok. Selain itu, keputusan mengenai peluncuran “kode etik pemasok” yang mendukung praktik keberlanjutan juga harus dipertimbangkan. Menyusun rencana yang terperinci untuk mengejar rantai pasokan yang berkelanjutan dengan dukungan dari eksekutif tingkat atas atau tim lintas fungsi juga penting. Hal ini memastikan kontinuitas dalam upaya keberlanjutan dan memanfaatkan berbagai alat manajemen rantai pasokan seperti kode etik pemasok dan kartu penilaian pemasok.

Selain itu, untuk mengoptimalkan penggunaan RFID dalam proses bisnis, manajer harus mengidentifikasi masalah proses bisnis yang dapat diuntungkan dari penerapan RFID. Fokus dari implementasi RFID haruslah pada promosi rantai pasokan hijau, pengurangan biaya, dan peningkatan kinerja produksi. Penting juga untuk menangani masalah terkait IT yang mungkin muncul, seperti pengaturan sistem enterprise baru untuk mengelola aliran data yang meningkat. Menyediakan layanan web untuk akses data memungkinkan pemasok mengakses informasi tanpa mengakses database internal perusahaan, sehingga mempermudah pengelolaan data dan integrasi sistem.

Dalam upaya mendorong keberlanjutan di industri logistik, penerapan Green Supply Chain menjadi semakin penting. TransTRACK, sebagai pelopor dalam teknologi manajemen armada, tidak hanya berkomitmen pada praktik keberlanjutan, tetapi juga secara aktif menerapkan sistem yang mendukung tujuan tersebut. Salah satu inovasi utama TransTRACK adalah penggunaan RFID Cards pada E-Seal, yang meningkatkan transparansi dan keamanan dalam pengiriman sambil mengurangi dampak lingkungan melalui efisiensi operasional.

Selain E-Seal, TransTRACK juga memperkenalkan berbagai fitur lain yang mendukung keberlanjutan, seperti Vehicle Maintenance System (VMS) yang meminimalkan jejak karbon melalui pemeliharaan armada yang efisien dan terjadwal dengan baik. Sistem pelacakan canggih dan teknologi ADAS (Advanced Driver Assistance Systems) yang diterapkan juga berkontribusi pada pengurangan konsumsi bahan bakar dan peningkatan keselamatan. Dengan pendekatan ini, TransTRACK tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional tetapi juga berkontribusi pada upaya global untuk menciptakan rantai pasokan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Topik :

rantai pasok

Rekomendasi Artikel