Transformasi Bisnis 2024: Optimalkan dengan Robotic Process Automation!

Robotic Process Automation

Pasar Robotic Process Automation (RPA) di wilayah Asia-Pasifik diperkirakan akan mencatat pertumbuhan yang signifikan dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 34,8% selama periode perkiraan. RPA melibatkan penerapan perangkat lunak pintar untuk melaksanakan tugas-tugas bervolume tinggi dan repetitif yang biasanya memerlukan waktu lama dan cenderung monoton jika dilakukan oleh manusia. Teknologi ini menawarkan solusi efektif untuk mengotomatisasi proses yang sebelumnya memerlukan intervensi manual yang intensif, sehingga memungkinkan organisasi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

Asia-Pasifik menjadi kawasan dengan pertumbuhan tercepat di pasar RPA, diperkirakan akan mencapai nilai USD 7.697,1 juta pada tahun 2030 (Grand View Research,2024). Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan perusahaan untuk mengoptimalkan operasi mereka melalui otomatisasi, serta meningkatnya adopsi teknologi digital di kawasan ini. 

Menurut laporan dari Mordor Intelligence, pertumbuhan pesat ini mencerminkan adopsi yang semakin luas dari RPA di berbagai sektor industri di Asia-Pasifik, di mana perusahaan-perusahaan berusaha untuk mengoptimalkan operasi mereka, mengurangi biaya, dan mempercepat waktu penyelesaian tugas-tugas administratif. Dengan semakin banyaknya organisasi yang mengadopsi teknologi ini, RPA diharapkan dapat terus berkembang dan memberikan dampak positif yang signifikan pada cara bisnis dijalankan di kawasan ini.

China Memegang Pangsa Pasar Terbesar dalam Robotic Process Automation

China diperkirakan akan memegang pangsa pasar terbesar dalam Robotic Process Automation (RPA) di wilayah Asia-Pasifik. Pertumbuhan adopsi RPA di China didorong oleh meningkatnya penggunaan teknologi otomasi di seluruh kawasan. Seiring dengan penurunan jumlah populasi yang terjadi di Asia-Pasifik, China telah mempercepat adopsi teknologi untuk mengatasi tantangan tersebut dan meningkatkan efisiensi operasional.

Selama bertahun-tahun, China dikenal sebagai pusat tenaga kerja murah, namun belakangan ini, banyak perusahaan dan instansi pemerintah mulai memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi mereka. Ini mencerminkan pergeseran dari ketergantungan pada tenaga kerja manual menuju otomatisasi yang lebih canggih.

China juga memainkan peran penting dalam memajukan adopsi RPA dan pengembangan kecerdasan buatan (AI). Banyak perusahaan lokal China yang telah memulai perjalanan RPA mereka untuk mengelola biaya dan meningkatkan nilai bisnis. Transformasi besar-besaran yang terjadi di sektor manufaktur, yang merupakan bagian integral dari ekonomi China, telah mempercepat adopsi otomasi industri yang menggunakan robot fisik.

Perubahan ini menciptakan kebutuhan akan teknologi disruptif seperti RPA, yang membantu perusahaan fokus pada inovasi produk dan kekuatan inti mereka, alih-alih tugas sehari-hari yang repetitif namun penting. Dengan demikian, China tidak hanya menjadi pelopor dalam otomasi industri tetapi juga dalam penerapan RPA, menegaskan posisinya sebagai pemimpin global dalam pasar manufaktur dan teknologi otomasi.

Meningkatnya Permintaan untuk Otomatisasi Bisnis Mendorong Pertumbuhan Pasar Robotic Process Automation di Indonesia

Bukan hanya di China, Indonesia juga memiliki permintaan yang melonjak untuk otomatisasi operasional bisnis, yang mana telah menjadi katalis utama untuk mendorong pertumbuhan pesat pasar Robotic Process Automation (RPA). Di Indonesia, sebanyak 71% perusahaan menunjukkan niat untuk meningkatkan investasi dalam teknologi digital pada tahun 2021, dengan big data analytics dan kecerdasan buatan (AI) termasuk di antara tiga teknologi utama yang direncanakan untuk investasi dalam 2-4 tahun ke depan (Market Research Future, 2024).

Penelitian dari Universitas Padjadjaran di Indonesia menunjukkan bahwa proses yang diotomatisasi dengan RPA menunjukkan kecepatan yang mengesankan, menyelesaikan tugas 8,47 kali lebih cepat dibandingkan dengan metode manual dan tanpa kesalahan. Dalam sebuah studi khusus, proses dari faktur ke pembayaran untuk sebuah perusahaan telekomunikasi diotomatisasi menggunakan UiPath, salah satu penyedia RPA terkemuka. Hasilnya sangat signifikan, di mana waktu transaksi rata-rata per proses dipangkas menjadi hanya 19 detik, dibandingkan dengan 2 menit 41 detik pada proses manual.

Data ini menggambarkan bagaimana RPA dapat mengubah cara perusahaan mengelola proses bisnis mereka, meningkatkan efisiensi dan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas kritis. Dengan adopsi teknologi digital yang semakin meningkat, terutama dalam sektor teknologi canggih seperti RPA, Indonesia menunjukkan komitmen kuat untuk berinvestasi dalam solusi yang dapat mempercepat proses dan meningkatkan produktivitas di seluruh industri.

Adopsi Robotic Process Automation di Berbagai Sektor Industri di Indonesia

PwC telah melakukan survei komprehensif untuk mengukur tingkat adopsi Robotic Process Automation (RPA) di berbagai sektor industri di Indonesia. Survei ini berlangsung secara daring dari Januari hingga Februari 2020 dan menargetkan berbagai industri dan bisnis di Indonesia.

Hasil survei menunjukkan bahwa sektor manufaktur memimpin dalam adopsi RPA dengan 29% dari responden berasal dari industri ini. Ini mencerminkan kebutuhan yang tinggi dalam industri manufaktur untuk mengotomatiskan proses-proses yang kompleks dan berulang guna meningkatkan efisiensi produksi. Jasa keuangan dan pasar modal menempati posisi kedua dengan 22% responden, mengindikasikan bahwa sektor ini juga sangat bergantung pada RPA untuk mengelola volume transaksi yang besar dan memastikan kepatuhan terhadap regulasi.

Selain itu, sektor transportasi dan logistik menyumbang 9% dari partisipasi, menunjukkan peran penting RPA dalam mengoptimalkan rantai pasokan dan manajemen logistik. Sektor jasa umum dan ritel masing-masing berkontribusi 7%, yang menunjukkan bahwa perusahaan di bidang ini mulai melihat manfaat dari otomatisasi proses untuk meningkatkan layanan pelanggan dan efisiensi operasional.

Industri kosmetik & kesehatan dan konstruksi & properti juga menunjukkan minat dalam RPA dengan masing-masing 6% dari responden, mengindikasikan potensi pertumbuhan RPA di sektor-sektor ini. Sementara itu, industri perkebunan dan minyak & gas memiliki adopsi yang lebih rendah, masing-masing 4%, namun tetap menunjukkan bahwa RPA mulai merambah sektor-sektor tradisional yang sebelumnya tidak banyak diotomatisasi.

Survei ini memberikan gambaran yang jelas bahwa RPA telah menjadi alat penting di berbagai sektor di Indonesia, terutama di industri-industri dengan kebutuhan otomasi tinggi seperti manufaktur dan keuangan. Dengan semakin banyak industri yang mengadopsi RPA, diharapkan teknologi ini akan terus berkembang dan menyebar ke sektor-sektor lainnya.

Penelitian menunjukkan bahwa Robotic Process Automation (RPA) telah menjadi pilar penting dalam transformasi digital di Asia-Pasifik, termasuk Indonesia. Dengan pertumbuhan yang pesat, RPA kini menjadi kebutuhan bagi perusahaan yang ingin meningkatkan efisiensi operasional.

Penerapan Robotic Process Automation (RPA) di TransTRACK, sebagai fleet operation optimizer dan supply chain integrator, dapat memberikan dampak signifikan pada efisiensi dan efektivitas operasional. Dengan mengotomatisasi pengelolaan data, pelacakan armada, manajemen pemeliharaan, hingga proses pembayaran dan dokumentasi, TransTRACK dapat mengurangi kesalahan manual, mempercepat proses, dan meningkatkan akurasi operasional.

Integrasi RPA ini tidak hanya memperkuat posisi TransTRACK di industri, tetapi juga memastikan bahwa layanan yang diberikan selalu up-to-date dan sesuai dengan tuntutan pasar yang dinamis. Melalui optimalisasi ini, TransTRACK mampu menghadirkan solusi yang lebih efisien dan canggih, memberikan nilai tambah yang signifikan bagi pelanggan dan mendorong keberhasilan operasional di seluruh rantai pasokan.

Topik :

teknologi kendaraan

Rekomendasi Artikel