Cara Mengurangi Jejak Karbon: Strategi Dekarbonisasi Transportasi di Indonesia

Cara Mengurangi Jejak Karbon

Indonesia menghadapi tantangan besar dalam upaya cara mengurangi emisi atau jejak karbon untuk mencapai target iklim global. Berdasarkan proyeksi saat ini, target Nationally Determined Contribution (NDC) tanpa syarat (unconditional) Indonesia diperkirakan akan meningkatkan emisi hingga 421% di atas tingkat tahun 1990, mencapai 1.661 MtCO₂e pada tahun 2030. Angka ini sangat jauh dari jalur yang diharapkan untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah 1,5°C, berdasarkan analisis dari 1.5°C Pathways Explorer. Untuk mencapai target suhu tersebut, emisi Indonesia pada tahun 2030 seharusnya sekitar 449 MtCO₂e, sehingga terdapat “ambition gap” sebesar sekitar 1.212 MtCO₂e (tidak termasuk sektor LULUCF, yaitu Land Use, Land-Use Change, and Forestry).

Dengan demikian, untuk sejalan dengan “fair share” atau pembagian adil berdasarkan target 1,5°C, Indonesia harus secara signifikan memperkuat target NDC tanpa syaratnya. Perbaikan ini diperlukan untuk menutup kesenjangan ambisi yang cukup besar dan memastikan bahwa negara ini berkontribusi terhadap upaya global dalam mengurangi dampak perubahan iklim.

Upaya Dekarbonisasi Transportasi Indonesia

emisi transportasi per kapita Indonesia pada tahun 2021 sebesar 0,5 tCO₂, yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata G20 sebesar 1,1 tCO₂ per kapita. Dalam tren lima tahun (2016-2021), emisi transportasi per kapita Indonesia mengalami penurunan sebesar 5,1%, sementara rata-rata G20 turun 7,6%. Hal ini sebagian besar dipengaruhi oleh respon terhadap pandemi COVID-19 dan perlambatan ekonomi yang mengakibatkan penurunan aktivitas transportasi.

Indonesia mendapatkan rating sangat tinggi dalam upayanya melakukan dekarbonisasi di sektor transportasi pada tahun 2021, meskipun tren lima tahun hanya menunjukkan kemajuan sedang. Ini mengindikasikan bahwa lebih banyak upaya yang dibutuhkan untuk terus mengurangi emisi transportasi dan meningkatkan penggunaan bahan bakar rendah karbon.

Terkait hal ini, untuk mencapai target iklim yang lebih ambisius, porsi bahan bakar rendah karbon dalam campuran bahan bakar transportasi perlu meningkat secara signifikan. Pada tahun 2040, porsi bahan bakar rendah karbon harus mencapai antara 40% hingga 60%, dan pada tahun 2050, harus mencapai antara 70% hingga 95%. Hal ini penting untuk memastikan transisi menuju sistem transportasi yang lebih berkelanjutan dan mendukung pencapaian target iklim global yang lebih ketat.

 Transisi Energi Berkelanjutan di Indonesia

Zero Emission Vehicles (ZEVs) menjadi salah satu kunci utama dalam mendorong transisi energi berkelanjutan, terutama di sektor transportasi yang sangat bergantung pada bahan bakar fosil. Indonesia, yang berkomitmen untuk mencapai net-zero emissions pada tahun 2060, menempatkan percepatan adopsi ZEV sebagai prioritas selama kepresidenannya di G20. Meskipun sudah banyak target ambisius yang ditetapkan, keberhasilan transisi ini tidak dapat dicapai tanpa dukungan dari negara-negara G20 lainnya. Kolaborasi diperlukan, terutama dalam pengadopsian standar emisi setara Euro 6/VI serta pengembangan biofuel generasi kedua dan energi terbarukan. Dukungan dari negara-negara seperti Uni Eropa, China, dan Jepang dapat membantu Indonesia dalam mencapai pengurangan emisi yang signifikan.

Selain kolaborasi internasional, Indonesia juga memiliki peluang besar untuk membangun kapasitas manufaktur ZEV secara domestik, khususnya dalam produksi kendaraan dan baterai, mengingat ketersediaan sumber daya alam yang dibutuhkan oleh industri baterai. Pemerintah lokal dapat diberdayakan untuk mempercepat adopsi ZEV dengan kebijakan transportasi bebas emisi dan insentif lokal. Dengan strategi yang terarah dan investasi yang tepat, Indonesia berpotensi menjadi pemimpin dalam transisi transportasi global menuju sistem yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Cara Mengurangi Jejak Karbon dari TransTRACK melalui Fleet Management System

TransTRACK menghadirkan Fleet Management System (FMS) dengan berbagai fitur canggih yang dirancang untuk meminimalkan emisi karbon dan mendukung operasional armada yang lebih berkelanjutan. Beberapa fitur kunci dari FMS yang secara langsung berkontribusi dalam pengurangan jejak karbon meliputi:

  1. Real-time Fuel Monitoring
    Fitur ini memberikan akses langsung kepada manajer armada untuk memantau konsumsi bahan bakar secara real-time. Data yang diperoleh membantu mengidentifikasi pola penggunaan bahan bakar yang tidak efisien, seperti kendaraan yang beroperasi pada kecepatan tidak optimal atau idle terlalu lama. Dengan pemantauan ini, perusahaan dapat mengurangi konsumsi bahan bakar yang tidak perlu, yang pada akhirnya mengurangi emisi karbon.
  2. Route Optimization
    Sistem optimasi rute membantu armada memilih jalur paling efisien untuk pengiriman atau perjalanan, menghindari kemacetan dan rute yang lebih panjang. Dengan memilih rute terpendek dan tercepat, kendaraan dapat menghemat bahan bakar, mengurangi waktu tempuh, dan mengurangi emisi CO₂ yang dihasilkan selama perjalanan. Fitur ini sangat bermanfaat dalam mengurangi jejak karbon operasional armada.
  3. Driver Behavior Monitoring
    Fitur pemantauan perilaku pengemudi memungkinkan perusahaan untuk mengawasi dan menganalisis kebiasaan berkendara yang berpotensi meningkatkan emisi, seperti akselerasi mendadak, pengereman keras, dan kecepatan tinggi. Dengan adanya data ini, pelatihan pengemudi dapat dilakukan untuk mendorong perilaku berkendara yang lebih efisien. Mengemudi yang lebih halus tidak hanya mengurangi konsumsi bahan bakar, tetapi juga memperpanjang umur kendaraan.
  4. Predictive Maintenance
    FMS TransTRACK dilengkapi dengan fitur perawatan prediktif yang secara otomatis mengidentifikasi kapan kendaraan membutuhkan perawatan berdasarkan kondisi mesin dan pola penggunaannya. Dengan menjaga kendaraan dalam kondisi optimal, efisiensi bahan bakar dapat ditingkatkan, dan kerusakan yang dapat menyebabkan peningkatan emisi dapat dicegah. Ini tidak hanya mengurangi jejak karbon, tetapi juga memastikan kendaraan beroperasi lebih lama dengan dampak lingkungan yang minimal.
  5. Electric Vehicle (EV) Integration Support
    Seiring dengan tren penggunaan kendaraan listrik (EV), FMS TransTRACK juga mendukung integrasi EV dalam armada. Fitur ini memungkinkan perusahaan untuk memantau kinerja EV secara keseluruhan, termasuk pengisian daya dan manajemen baterai. Kendaraan listrik, yang tidak menghasilkan emisi langsung selama operasi, menjadi salah satu solusi jangka panjang untuk mengurangi jejak karbon secara signifikan.

Upaya dalam Mengurangi Jejak Karbon

Dengan kombinasi fitur-fitur di atas, TransTRACK membantu perusahaan armada mengurangi jejak karbon melalui efisiensi operasional dan pengurangan penggunaan bahan bakar fosil. Pemantauan yang lebih baik, optimasi rute, dan pengelolaan pengemudi memungkinkan perusahaan untuk mengurangi emisi CO₂ dari kendaraan yang ada. Selain itu, dukungan terhadap integrasi kendaraan listrik menunjukkan komitmen jangka panjang TransTRACK dalam mendukung transisi ke transportasi yang lebih hijau.

Dengan teknologi ini, TransTRACK tidak hanya meningkatkan efisiensi perusahaan, tetapi juga berkontribusi langsung dalam upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, sejalan dengan tujuan keberlanjutan lingkungan yang lebih luas.

Topik :

manajemen armada

Rekomendasi Artikel